Siapa Lelaki Ini? Malaikat Yang Belum Pernah Turun Ke Bumi Pun Turut Serta Menguruskan Jenazahnya
Hidayah Allah subhanahu wa ta’ala sungguh di luar sangka manusia. Allah berikan kepada siapa pun yang Dia kehendaki. Boleh jadi yang semula membenci iman, kini begitu mencintainya. Hidayah itu tak melulu bagi golongan miskin papa, tak pula khusus bagi para dermawan yang berharta. Bila hidayah telah menetap kuat dalam dada, seribu rintangan tak berarti dalam derap langkahnya.
Tersebutlah kisah yang masyhur tentang seorang sahabat yang begitu mulia, Sa’ad bin Mu’adz radhiyallahu ‘anhu. Lantas siapakah Sa’adz ini yang sampai dikisahkan mampu mengguncang singgahsana Allah SWT dan membuat puluhan ribu malaikat menantikannya?
Salah Satu Sahabat, diantara deretan orang-orang terbaik disekitar Nabi, dialah Saad bin Muadz R.A, golongan Anshar yang masuk Islam usia 31 tahun dan syahid di usia 37 tahun. Beliau mendapat tempat yang istimewa. Kematiannya mengguncang arasy, ruhnya disambut 70.000 malaikat, jenazahnya dibawa dan diantar puluhan ribu malaikat, hingga para sahabat berkata:
“Tidak ada jenazah yang lebih ringan daripada jenazah Saad, padahal dia adalah berpostur tinggi, gemuk, dan kekar” (Sirah Ibnu Hisyam)
Apa istimewanya Saad? Salah satu yang banyak dilukiskan sejarawan adalah keberanian dan pembelaannya terhadap Islam, keberaniannya yang tiada tanding, dan jiwa ksatrianya yang unggul. Ketika perang Badar tiba. Nyali kaum muslimin diuji. Bukan saja menghadapi kekuatan Quraisy yang tidak berimbang, tapi tekanan psikologis yang mendera menguji keimanan dan keberanian.
Rasulullah saw. mengumpulkan sahabat-sahabatnya dari golongan Muhajirin dan Anshar untuk bermusyawarah dengan mereka tentang urusan perang Badar. Rasulullah berkata:
“Kemukakanlah buah fikiran kalian, wahai sahabat…!”
Maka, bangkitlah Sa’adz bin Mu’adz dan berkata,
“Wahai Rasulullah, kami telah beriman kepada Anda, kami percaya dan mengakui bahwa apa yang Anda bawa itu adalah hal yang benar, dan telah kami berikan pula ikrar dan janji-janji kami. Maka, laksanakahlah terus ya Rasulullah apa yang engkau inginkan, dan kami akan selalu bersamamu. Dan, demi Allah yang telah mengutusmu membawa kebenaran, seandainya engkau mengadapkan kami ke lautan ini, lalu engkau menceburkan diri ke dalamnya, pastilah kami akan ikut mencebur, tak seorang pun yang akan mundur dan kami tidak keberatan untuk menghadapi musuh esok pagi! Sungguh kami tabah dalam pertempuran dan teguh menghadapi perjuangan. Dan, semoga Allah akan memperlihatkan kepadamu tindakan kami yang menyenangkan hati. Maka, marilah kita berangkat dengan berkah Allah Taala.”
Mendengar perkataan Sa’adz yang mengharukan itu, Rasulullah saw bangga dan gembira, lalu berkata kepada kaum muslimin,
“Marilah kita berangkat dan besarkan hati kalian kerana Allah telah menjanjikan kepadaku salah satu di antara dua golongan! Demi Allah, sungguh seolah-olah tampak olehku kehancuran orang-orang itu (Quraisy)”
Di saat-saat terakhir kehidupan Sa’ad bin Mu’adz radhiyallahu ‘anhu, Ia pun mengembuskan nafas terakhirnya, dimana ia wafat di pangkuan orang yang paling ia cintai, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda ketika memakamkan jenazahnya,
اهۡتَزَّ عَرۡØ´ُ الرَّØۡÙ…ٰÙ†ِ Ù„ِÙ…َÙˆۡتِ سَعۡدِ بۡÙ†ِ Ù…ُعَاذٍ
“Arsy Ar-Rahman bergetar dengan berpulangnya Sa’ad bin Mu’adz.” [H.R. Bukhari dan Muslim]. Lihatlah, betapa mulianya Sa’ad radhiyallahu ‘anhu hingga Arsy Allah pun bergetar saat kepergiannya. Abu Sa’id al-Khudri radhiyallahu ‘anhu berkata, “Aku adalah salah seorang yang menggali makam untuk Sa’ad, dan setiap kami menggali satu lapisan tanah, tercium oleh kami wangi kesturi.”
Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu mengatakan, “Saat kami membawa jenazah Sa’ad bin Mu’adz, kaum munafikin mengatakan betapa ringannya jenazahnya, (padahal Sa’ad adalah) seorang yang tinggi besar. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata,
‘Sungguh para malaikatlah yang memotongnya.’”
Disebutkan dalam hadis Sa’ad bin Abi Waqqash bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Sungguh ada 70.000 malaikat yang turun saat kematian Sa’ad bin Mu’adz. Mereka belum pernah turun ke bumi sebelum ini.”
Sungguh para penduduk bumi dan penduduk langit telah mengakui akan keutamaan Sa’ad. Beliau wafat pada tahun ke-5 H, ketika itu usia beliau 37 tahun, dan dimakamkan di pemakaman Baqi’ di Madinah.
Sahabat, pertanyaannya, dimanakah posisi kita dalam menunjukkan keberanian membela agama Allah, menyuarakan kebenaran, dan berani mengambil resiko? Wahai Saad. Engkaulah salah satu penghulu kaum Anshar, tauladan kami. Semoga kami boleh mengikuti langkahmu. Aamiin.
No comments: